Sabtu, 06 Desember 2014

KOMPAS.com - PADA usia ke-50 tahun, di usia matang, ternyata Partai Golkar harus menghadapi ancaman perpecahan. Ketidaksesuaian langkah dalam menghadapi Musyawarah Nasional IX Partai Golkar memicu pembentukan Presidium Penyelamat Partai Golkar pada rapat pleno, Selasa (25/11).
Presidium merencanakan Munas IX dilaksanakan pada Januari 2015 dengan alasan supaya persiapan lebih matang.
Di sisi lain, DPP Partai Golkar yang dipimpin Aburizal Bakrie menginginkan Munas IX digelar lebih cepat, yakni pada 30 November-3 Desember 2014. Percepatan Munas IX telah diputuskan dalam Rapimnas VII Partai Golkar di Yogyakarta. Alasannya, dibutuhkan konsolidasi Koalisi Merah Putih, pembahasan Perppu Pilkada, penyusunan RAPBN 2015, dan bagi hasil pusat dan daerah.
Namun, alasan percepatan itu telah ditolak mentah-mentah sejumlah DPD. Dalam rapat-rapat para calon ketua umum Golkar, di luar Aburizal Bakrie, pada pukul 02.00 dini hari di sela-sela Rapimnas VII, telah muncul ide pembentukan Presidium Penyelamat Partai Golkar.
Calon ketua umum Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari, yang selalu tampil santun, menyarankan kedua belah pihak untuk sama-sama mengalah.
”Sudahlah, bentuk saja munas pada Januari. Itu hanya satu bulan lagi,” katanya.
Hajriyanto juga mengingatkan, rekomendasi Munas 2009 dan Rapat Pleno DPP pada 13 November 2014 telah memutuskan Munas IX diadakan tahun 2015.
Kini, masih ada empat hari sebelum Munas IX versi DPP Aburizal dibuka. Daripada kedua belah pihak bertarung untuk menentukan diri yang paling konstitusional, sebaiknya kubu Aburizal ataupun Presidium Penyelamat Partai Golkar saling mendekatkan diri.
Tanpa upaya saling merekatkan diri di antara kader Partai Golkar, potensi perpecahan akan menguat. Kekuatan Golkar pun sedikit demi sedikit akan tergerus.
Persoalannya, selalu ada upaya untuk meraih kepentingan jangka pendek oleh kelompok-kelompok tertentu di Partai Golkar. Tidak dipertimbangkan bahwa perpecahan di tubuh Partai Golkar justru akan merugikan bagi partai besar ini.
Kerugian terbesar juga justru diderita para kader yang merangkak dari jenjang karier kepartaian terbawah. Mereka sudah membangun Partai Golkar dengan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Akan tetapi, mereka pula yang paling menderita saat elite Golkar berebut kekuasaan.
Kader-kader Partai Golkar, yang kini berada di DPD II (kabupaten/kota) yang memiliki porsi suara terbanyak di munas, harus serius memikirkan ini. Suara DPD II berharga memastikan masa depan Partai Golkar. (HARYO DAMARDONO)http://nasional.kompas.com/read/2014/11/27/13360421/Mencegah.Beringin.Tumbang.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar