Senin, 08 September 2014

THE TERMINATOR (1984)

Bersamaan dengan kembalinya Arnold Schwarzenegger dalam dunia akting lewat The Last Stand, saya pun tertarik untuk menonton kembali film yang membuat namanya terkenal, apalagi kalau bukan The Terminator. The Terminator adalah pelontar karir dari banyak pihak yang terlibat dalam film ini. Bagi Arnold Schwarzenegger perannya sebagai Terminator juga melambungkan namanya sebagai action movie star kelas satu setelah sebelumnya hanya dikenal lewat perannya sebagai Conan dalam Conan the Barbarian dan sekuelnya Conan the Destroyer. Sedangkan untuk  James Cameron ini adalah momen dimana namanya mulai dikenal sebagai sutradara papan atas setelah film debutnya, Piranha II: The Spawning yang hancur-hancuran. Sedangkan bagi Linda Hamilton sendiri perannya sebagai Sarah Connor tidak hana membuat namanya dikenal luar sebagai aktris tapi juga sebagai heroine alias jagoan wanita. Tidak hanya itu, The Terminator yang hanya punya bujet $6,4 Juta juga berhasil menjadi sebuah standar baru dalam film action dengan polesan CGI di dalamnya...tentunya sebelum kemunculan Terminator 2: Judgment Day yang fenonemal itu.
Kisah dalam film ini akan terasa begitu biasa jika dilihat sekarang. Pada tahun 2029, mesin sudah menjadi penguasa dan dunia sudah dalam kondisi hancur. Pihak mesin yang sudah begitu canggih dan pintar mampu mengalahkan para manusia. Namun di masa itu manusia tetap melakukan perlawanan di bawah pimpinan John Connor. Pihak mesin yang merasa bahwa keberadaan John Connor adalah ancaman yang cukup serius kemudian mengutus sebuah cyborg pembunuh yang disebut Terminator (Arnold Schwarzenegger) untuk kembali ke masa lalu dan membunuh Sarah Connor (Linda Hamilton) yang notabene adalah ibu dari John Connor. Jika Sarah dilenyapkan maka otomatis tidak akan ada John Connor, yang berarti tidak akan ada perlawanan dari umat manusia. John Connor sendiri tidak tinggal diam. Dia mengirim Kyle Reese (Michael Biehn), salah seorang tentara manusia di masa depan untuk melindungi sang ibu. Lalu terjadilah kejar-kejaran antara sang robot brutal berdarah dingin dengan Kyle Reese dan Sarah Connor. Sebuah alur yang sangat sederhana jika dilihat sekarang, tapi di masa perilisannya dulu The Terminator sempat dianggap mind blowing dan revolusioner untuk urusan cerita.

Konsep yang ditawarkan James Cameron sebenarnya tidak terlalu orisinil karena sudah sempat beberapa kali dipakai, dan memang Cameron tidak pernah menghadirkan kisah yang sangat orisinil dalam film-filmnya. Tapi kelebihan yang ia miliki dan juga terlihat di film ini adalah bagaimana dengan konsep dasar yang ada bisa ia kembangkan dengan cukup kreatif dan ia kemas dengan sangat menarik. Kisah time traveler tentang prajurti dari masa depan yang kembali ke masa lalu sudah sempat disinggung di cerita-cerita lain termasuk serial televisi The Outer Limits yang sempat menimbulkan tudingan bahwa Cameron melakukan penjiplakan. Namun dalam pengemabangannya dia punya visi sendiri. Misalkan ada kisah tentang bagaimana mesin yang sekarang adalah alat bantu yang diciptakan manusia bisa melakukan pembrontakan dan mengalahkan manusia itu sendiri. Cameron juga memasukkan unsur paradoks dalam kisah perjalanan waktunya. Mungkin jika dilihat sekarang adalah sebuah paradoks super sederhana, namun dulu hal ini adalah konsep yang cerdas. Cameron juga sempat menyelipkan kisah tentang bagaimana hilangnya rasa kepedulian dan kemanusiaan mereka. Apakah manusia sendiri sudah mulai menjadi sebuah mesin?
Bagaimana James Cameron mengemas film ini menjadi sebuah sajian yang sangat menghibur juga luar biasa. Tensi filmnya sudah terasa cepat dari awal. Dari adegan pertama dimana kita diperlihatkan kondisi di tahun 2029, tensinya sudah menegangkan. Gambaran masa depannya begitu terasa nyata dengan mesin-mesin canggih menerang manusia dan tentunya disisi lain terasa menyeramkan membayangkan hal tersebut benar-benar terjadi. Lalu kemunculan Terminator untuk pertama kalinya, sampai kejar-kejaran antara Reese dengan para polisi di awal film sudah terasa menegangkan. The Terminator memang punya kejar-kejaran mobil, berondongan peluru dan banyak ledakan, tapi yang membuat film ini spesial adalah bagaimana tidak hanya unsur action yang terasa tapi juga horror yang disajikan lewat teror Terminator. Sosoknya yang brutal, dingin dan berbadan rakasa begitu intimidatif. Saya ingat betul begitu mengerikannya wajah Arnold dengan balutan CGI yang menunjukkan separuh mukana yang rusak. Bagaikan sebuah body horror yang creepy. Lalu saat Terminator menunjukkan wujud aslina sebagai sebuah rangka robot, kengerian masih terasa. Memang efek stop-motion yang dipakai akan terlihat kasar saat ini, tapi unsur kengeriannya tetap terasa. Robot bermata merah menyala dan berjalan patah-patah adalah pemandangan mengerikan.
Sosok Terminator begitu cocok dengan Arnold, dan nampakna tidak ada aktor lain yang bisa menggantikannya. Fisiknya jelas begitu pas sebagai robot pembunuh yang intimidatif. Lalu kejelian James Cameron mengakali aksen dan akting Arnold yang buruk juga membuat penampilannya di film ini begitu pas. Arnold memang punya akting yang tidak bagus dengan intonasi datar dan ekspresi yang datar (jika tidak datar maka akan muncul muka aneh nan berlebihan khas Arnie). Tapi disini semua itu justru terasa pas karena sosok yang ia mainkan adalah robot berdarah dingin. Jangan lupakan juga bahwa disini Arnold mmengucapkan line paling terkenal yang ia miliki, apalagi kalau bukan "I'll be back". The Terminator adalah bukti kehebatan Cameron dalam mengembangkan sebuah cerita lalu merangkumnya sebagai sebuah hiburan yang berbobot dan sangat menghibur. Cameron sanggup memaksimalkan semua aspek yang ada mulai dari efek komputer dan sumber daya pemainnya meski saat itu ia dipenuhi dengan segala keterbatasan. Bukti sebuah kejeniusan.
 
 http://movfreak.blogspot.com/2013/01/the-terminator-1984.html

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar